Timun Mas

(Cerita Rakyat Jawa Tengah)

Timun Mas - Seputar Informasi
Alkisah di jaman dahulu kala di sebuah tepian hutan belantara hiduplah sepasang Kakek - Nenek Tua pencari kayu bakar yang sangat merindukan kehadiran seorang anak, yang di rasakan takkan mungkin akan mereka dapatkan di usianya yang senja…”

Suatu ketika bertemulah mereka dengan sosok Raksasa di tengah hutan yang dapat memenuhi keinginan mereka agar dapat memiliki seorang anak.

Namun dengan satu syarat bahwa kelak jika anak itu telah genap berusia 17 tahun, maka sang Raksasa itu pun akan datang kembali untuk mengambilnya dan menjadikannya sebagai santapannya.

Sang Raksasa hutan itu pun lalu memberikan sebungkus biji mentimun kepada mereka, dan tanpa pikir panjang lagi pasangan Kakek - Nenek Tua itu pun dengan senang hati menerima bungkusan biji mentimun pemberian sang Raksasa, serta bersedia menyetujui persyaratan yang di minta oleh sang Raksasa…”

Singkat cerita segera di tanamlah biji-biji mentimun pemberian sang Raksasa tadi di kebun milik mereka. Dan setelah berbulan - bulan sabar menunggu panen mentimun, ternyata di temukan suatu keanehan pada salah satu buah mentimun hasil panenan mereka. Yang mana salah satu di antaranya besar buahnya dan berwarna kuning keemasan…”

Dengan harap cemas bercampur penasaran maka di bukalah buah mentimun itu dengan penuh kehati - hatian sesampainya mereka di rumah. Dan betapa terkejutnya mereka mengetahui bahwa ternyata terdapat seorang bayi perempuan di dalamnya….” Dengan hati riang gembira mereka berdua pun kemudian memelihara bayi mungil itu dan memberi nama : Timun Mas padanya.

Dan anak perempuan itu kian lama kian tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang cantik jelita. Semakin mendekati usianya yang ke 17 tahun, maka semakin teringatlah sang Kakek dan Nenek Tua itu akan perjanjiannya dengan sang Raksasa penguasa hutan. Yang sudah barang tentu membuat hati keduanya merasa sedih dan berduka jika mengingatnya.

Ditengah kebingungan dan rasa takut kehilangan puteri satu - satunya yang sangat mereka cintai itu, maka pergilah mereka menemui seorang Pertapa Sakti, yang tengah tekun bertapa di dekat sebuah puncak gunung. Dan tanpa di duga sang Pertapa Sakti itu pun ternyata sudah mengetahui maksud kedatangan mereka…”

Tanpa banyak bertanya sang Pertapa Sakti itu pun lalu memberikan sebuah bungkusan kepada pasangan Kakek - Nenek Tua itu, yang dapat di pergunakan sebagai senjata untuk menghadapi Raksasa hutan pemakan manusia itu. Dengan hati gembira mereka pun pulang kembali ke pondok mereka di tepi hutan dan menyimpan dengan baik bungkusan yang telah di berikan sang Pertapa Sakti itu kepada mereka.

Tak terasa genaplah kini Timun Mas menginjak usia ke 17 tahunnya. Sesuai batas waktu perjanjian maka datanglah sang Raksasa ke pondok mereka untuk menagih janji kepada kedua orang tuanya, yaitu memberikan Timun Mas sebagai santapannya pada usianya yang ke 17 tahun.

Namun ternyata sang Kakek dan Nenek Tua itu bersikeras melindungi puteri kesayangannya Timun Mas, seraya memberikan bungkusan dari sang Pertapa Sakti agar di pergunakan sebagai senjata oleh Timun Mas untuk menghadapi sang Raksasa penguasa hutan.

Lalu berlarilah Timun Mas menyelamatkan diri atas petunjuk kedua Orang Tuanya. Yang tentu saja hal ini membuat sang Raksasa kian murka dan memporak - porandakan pondok tempat tinggal mereka. Sang Raksasa yang kelaparan itu pun lantas mengejar Timun Mas, yang berusaha lari sembunyi menyelamatkan diri.

Dalam pelariannya itu maka di tebarlah isi bungkusan yang pertama yaitu biji - biji mentimun yang seketika berubah menjadi hamparan luas ladang mentimun yang berdaun dan berbuah sangat lebat…” Sang Raksasa yang kelaparan itu pun tanpa tedeng aling - aling (Penutup/Penghalang) segera menyantap buah - buah mentimun di hamparan ladang nan luas itu hingga kekenyangan bahkan membuatnya tertidur sejenak.

Namun kemudian dia pun terbangun dan tetap mengejar kembali Timun Mas dengan langkah - langkah kakinya yang panjang. Melihat sang Raksasa mengejarnya kembali, maka Timun Mas pun terus berlari sambil menaburkan isi dari bungkusan yang kedua yaitu Jarum, dan segeralah taburan jarum - jarum itu menjelma menjadi rimbunnya hutan bambu yang berduri - duri tajam.

Hal ini cukup menghambat langkah pengejaran yang di lakukan sang Raksasa, oleh karena kakinya sering tertusuk duri – duri tajam rimbunya hutan bambu. Namun hal itu tak membuatnya jera dan terus berusaha mengejar buruannya.

Melihat sang Raksasa dapat berhasil keluar dari hutan bambu jebakan itu, Timun Mas pun kembali berlari menyelamatkan diri dan mengeluarkan seraya menaburkan isi bungkusan yang ke tiga yaitu Garam, dan seketika berubah menjadi lautan yang amat Luas.

Sang Raksasa pun kembali tercenggang demi melihat lautan luas di hadapannya, sementara si Timun Mas tengah berada di seberangnya. Dengan wajah yang kian buas dan marah, sang Raksasa pun tak mau kalah, lalu berusaha berenang menyebranginya mengejar Timun Mas.

Dan ternyata Raksasa itu pun berhasil menyebrangi lautan nan luas itu. Dalam ketakutan dan puncak keletihannya demi melihat keberhasilan sang Raksasa menyebrangi lautan jebakannya serta kembali menyusulnya, maka Timun Mas pun pasrah dengan isi bungkusan terakhirnya yaitu : Terasi…”

Sambil menangis dan berlari ketakutan akhirnya ia pun menaburkan isi bungkusan terakhirnya Terasi, yang seketika menjelma menjadi sebuah danau lumpur panas yang mendidih. Dengan congkak dan tertawa terbahak - bahak sang Raksasa pun berniat kembali menyebrangi danau lumpur panas itu demi mendapatkan daging buruannya.

Namun ternyata kali ini sungguh di luar dugaanya. Sesampainya sang Raksasa di tengah danau lumpur panas itu, ternyata ia tak mampu lagi untuk berenang. Semakin Ia berusaha untuk berenang, justru tubuh besarnya itu pun kian lama kian terhisap kedalam lumpur panas itu hingga tenggelam dan tak muncul - muncul lagi..”

Melihat sang Raksasa pemburu itu tak muncul - muncul lagi, maka legalah kini hati si Timun Mas dan berniat kembali pulang ke Pondoknya. Sesampainya di rumah alangkah bahagia dan gembiranya hati kedua orang tuanya demi melihat sang puteri kesayangannya, ternyata Selamat dari kejaran sang Raksasa hutan pemangsa manusia itu.

Mereka pun kini dapat kembali berkumpul dan berbahagia bersama sebagai sebuah keluarga, seraya berucap syukur atas keselamatan dan perlindungan yang telah Tuhan berikan melalui senjata ampuh pemberian sang Pertapa Sakti, yang tekun bersemedhi di puncak sebuah gunung…”

Diolah dari berbagai sumber
Miftah Print Menerima & Melayani cetak undangan, buku Yasin, cetak label nama, pembuatan undangan digital, cetak dokumen, cetak photo, scan dokumen, laminasi, pengetikan, jilid, dll.

0 Response to "Timun Mas"

Post a Comment

Kritik dan Saran anda sangat dibutuhkan agar bisa membenahi segala kekurangan kami

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel